Posted by : Unknown
A. Teori
Pembelajaran Gagne
Gagne mendefinisikan belajar adalah mekanisme di mana
seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi
itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang
diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam
tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas. Kemampuan-kemampuan tersebut
diperoleh peserta didik dari stimulus & lingkungan, dan proses kognitif.
Gagne
mengidentifikasi lima kategori belajar, yang mana kelima kategori ini sangat
penting dan memengaruhi hasil dari proses pembelajaran sehingga harus dipenuhi
pada proses belajar mengajar yaitu:
1.
Informasi
verbal (verbal information);
Informasi verbal yang dimaksudkan
adalah menguraikan materi yang telah dipelajari sebelumnya seperti fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur. Misalnya peserta didik menyampaikan materi yang
sebelumnya ia dapatkan dimuka kelas ataupun menyampaikan pemahamannya mengenai
bangun ruang dan bangun datar kepada teman-teman dikelasnya.
a.
Fakta
: dalam matematika fakta berisi pernyataan yang bernilai benar tanpa harus
dibuktikan terlebih dahulu. Misalnya bangun datar segitiga memiliki 3 sisi dan
3 sudut.
b.
Konsep
: dalam matematika merupakan sekumpulan ide yang digunakan untuk mengklasifikasikan
sekumpulan obyek. Misalnya pada konsep balok, kardus merupakan contoh obyek
yang berbentuk “balok” sedangkan kaleng susu tidak termasuk balok.
c.
Prinsip
: dalam matematika prinsip berisi kesimpulan yang dapat dibuktikan dengan
memanfaatkan konsep dasar. Misalnya apabila dijumlahkan ketiga sudut pada
segitiga bernilai 180 derajat.
d.
Prosedur
: merupakan langkah yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika.
Misalnya untuk menyelesaikan soal perkalian 3 x 4 kita bisa menggunakan
penjumlahan 4+4+4.
2.
Keterampilan
intelektual (intellectual skills);
Keterampilan
intelektual atau kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya
melalui penggunaan lambang. Keterampilan intelektual yang dimaksudkan adalah :
a.
Diskriminasi
: Diskriminasi yaitu membedakan objek, ciri-ciri, atau simbol. Misalnya
membedakan bentuk obyek balok dengan tabung.
b.
Konsep
konkrit : Konsep konkrit yaitu mengidentifikasi kelas-kelas objek konkrit,
ciri-ciri, atau kejadian. Misalnya untuk mengetahui cara menulis dan bentuk
angka-angka.
c.
Konsep
terdefinisi : Konsep terdefinisi yaitu mengklasifikasi contoh kejadian baru
atau ide dengan definisi siswa. Misalnya belajar mendefinisikan ciri-ciri
bangun datar dan bangun ruang.
d.
Aturan-aturan
: Aturan-aturan yaitu menerapkan suatu hubungan tunggal untuk menyelesaikan
suatu kelompok masalah. Misalnya menyelesaikan soal mencari luas persegi
menggunakan rumus S x S .
e.
Aturan-aturan
yang lebih tinggi : Aturan-aturan tingkat tinggi yaitu menerapkan kombinasi
beberapa aturan untuk menyelesaikan suatu masalah yang kompleks. Misalnya untuk
mencari panjang diagonal ruang suatu balok harus mencari panjang diagonal sisi
balok tersebut kemudian menggunakan rumus phytagoras
untuk mencari panjang diagonal ruangnya.
3.
Strategi
kognitif (cognitive strategies);
Strategi kognitif dimaksudkan adalah
memanfaatkan cara sendiri sebagai pedoman untuk belajar, berpikir, bertindak,
dan merasakan. Setiap individu memiliki strategi belajar yang berbeda (karena
pola pikir seorang dengan orang lainnya belum tentu sama) misalnya seorang yang
akan lebih mudah belajar dan memahami konsep apabila diuraikan materi secara runtut
dengan jelas, dan orang yang lain akan lebih mudah memahami konsep jika ia
sering-sering mengerjakan contoh soal.
4.
Sikap
(attitudes);
Sikap digunakan untuk menentukan
tindakan pribadi berdasarkan pada pengetahuan internal yang dipahami dan
dirasakan. Belajar melalui model ini diperoleh melalui
pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan. Dengan
belajar sikap seorang tidak hanya mengetahui konsep-konsep dan rumus melainkan
juga dapat berperilaku (bersikap) terpuji baik dilingkungan sekolah maupun
masyarakat, karena seyogyannya tidak akan pernah ada artinya ilmu pengetahuan
yang kita dapatkan jika akhlak dan perbuatan yang kita lakukan tercela.
5.
Keterampilan
motorik (motor skills)
Keterampilan motorik yaitu melakukan
pekerjaan disertai penggunaan otot. Misalnya apabila guru dikelas menjelaskan
materi pembelajaran, murid (peserta didik) mencatat apa yang disampaikan guru.
Sehubungan dengan belajar
matematika, Gagne menyatakan bahwa dalam belajar matematika ada dua objek yang
dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Obyek
langsung adalah objek matematika yang dapat langsung diberikan kepada siswa
seperti fakta, keterampilan, konsep dan aturan, misalnya seorang pendidik
menyampaikan rumus-rumus bangun (materi pelajaran) kepeda peserta didik.
Sedang obyek tak langsung adalah
obyek yang terjadi sebagai akibat pemberian objek langsung seperti terjadinya
transfer belajar, kemampuan inquiry dan problem solving, belajar mandiri
(disiplin diri), bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana
semestinya belajar. Kedua objek matematika ini dapat diperoleh siswa setiap
pelaksanaan pembelajaran guru ataupun ketika siswa belajar sendiri suatu materi
matematika.
Menurut Gagne, belajar dapat
dikelompokkan ke dalam 8 tipe belajar, yaitu:
a.
Belajar
isyarat
Belajar yang tingkatnya paling rendah, karena tidak ada niat
atau rencana dan terjadi secara spontan. Misalnya menyenangi atau menghindari
pelajaran akibat perilaku guru ataupun ketika kita menonton televisi secara
tidak langsung ada informasi yang kita dapatkan. Uniknya pada belajar isyarat
kita yang sebetulnya belajar tetapi kita sendiri tidak merasakan kalau kita
sedang belajar.
b.
Stimulus
respon
Jika belajar tersebut ada niat dari dalam hati dan direspons
oleh jasmani maka disebut stimulus-respons. Misalnya ketika guru menulis di
papan tulis, siswa mencatat. Jadi pada pembelajran stimulus respon ini harus
ada timbal balik antara yang
disampaikan pendidik dengan apa yang diterima oleh peserta didik.
c.
Rangkaian
gerak
Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah terurut dari dua
kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respons. Misalnya kegiatan
berolahraga, jalan sehat dsb.
d.
Rangkaian
verbal
Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua
kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respons, misalnya mengemukakan
pendapat, menjawab pertanyaan guru atau siswa lainnya secara lisan.
e.
Membedakan
Belajar membedakan adalah belajar memisah-misahkan rangkaian
yang bervariasi. Pada belajar membedakan ada obyek yang jelas sebagai
pembanding obyek. Misalnya membedakan bilangan ganjil dan genap.
f.
Pembentukan
konsep
Pembentukan konsep disebut juga tipe belajar pengelompokan,
yaitu belajar melihat sifat bersama benda-benda konkrit atau peristiwa untuk
dijadikan suatu kelompok. Misalnya mengenal definisi balok dan kubus yang
sama-sama memiliki 4 sisi dan 4 sudut namun secara konsep bangun datar keduanya
memiliki perbedaan.
g.
Pembentukan
aturan
Pada tipe belajar pembentukan aturan, siswa diharapkan mampu
memberi respon terhadap stimulus dengan segala macam perbuatan utamanya
kemampuan untuk menggunakan aturan tersebut, misalnya pemahaman terhadap rumus
dan sebagainya. Jadi pada jenis belajar pembentukan aturan diharapkan peserta
didik mampu menggunakan rumus (cara) yang sebelumnya disampaikan untuk
menyelesaikan suatu soal.
h.
Pemecahan
masalah
Tipe belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar yang
paling tinggi derajatnya dan lebih kompleks daripada pembentukan aturan karena
pada belajar memecahkan masalah butuh pemahaman yang lebih tinggi untuk dapat
menyelesaikan masalah. Sebagai tipe belajar yang paling kompleks, maka ada
beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah, yaitu:
1.
Menyajikan
masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
2.
Menyatakan
masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
3.
Menyusun
hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik.
4.
Mengetes
hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
5.
Memeriksa
kembali hasil yang sudah diperoleh.
Kelima langkah pemecahan masalah di atas saling terkait satu
sama lain. Namun demikian, sebelum suatu masalah disajikan dalam bentuk yang
lebih jelas, harus dipahami lebih dahulu masalah itu. Pemahaman masalah yang
baik akan berdampak pada kemampuan penyajian masalah yang lebih baik sehingga
hasil belajar meningkat. Jadi ada tingkah laku melalui stimulus respons dan
belajar bersyarat untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Bukan masalah : ketika suatu masalah yang dijumpa
dapat diselesaikan dengan cepat tanpa harus berpikir secara mendalam.
Masalah : merupakan persoalan yang bukan tidak bisa diselesaikan
(tidak ditemukan jawaban dari suatu persoalan) tetapi butuh pemahaman untuk
bisa menyesaikan masalah yang timukan.
B. Aplikasi
Teori Gagne dalam Pembelajaran Matematika
Pengembangan
pendidikan belajar matematika di Indonesia tidak lepas dari beberapa
teori-teori pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli di antaranya
Gagne. Dalam pelaksanaan pembelajaran di Indonesia, berdasarkan urutannya, guru
memulai pengajaran dengan mengupayakan perhatian siswa, menyampaikan tujuan
pembelajaran, mengingatkan materi sebelumnya, memberikan stimulus, menyediakan
bimbingan belajar, berpenampilan baik, memberikan umpan balik, evaluasi, dan
meningkatkan retensi serta melancarkan transfer belajar.
Selain itu dalam
proses pembelajaran matematika guru menyajikan materi dalam bentuk pemaparan
mengenai materi-materi yang disajikan dengan penggunaan rumus-rumus matematika
dan aturan serta konsep yang jelas guna memberikan suatu kepahaman kepada
peserta didik dan keefektifan guru dalam menyampaian materi pembelajaran.
Daftar Pustaka
Gagne, R.M. Conditions of Learning. Tersedia: http: // www.psy.pdx.edu./ PsiCafe/ KeyTheorists/Gagne.htm.