Posted by : Unknown
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan hal yang paling penting untuk membawa umat manusia kepada kehidupan
yang lebih baik, dimana pendidikan tidak lepas kaitannya dengan beberapa
faktor, antara lain faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Pembawaan dan
lingkungan merupakan hal yang tidak mudah untuk di jelaskan sehingga memerlukan
penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para
ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha
mencari jawaban, tentang perkembangan manusia itu sebenarnya bergantung kepada
pembawaan ataukah lingkungan.
Sehingga
munculah aliran–aliran dan teori pendidikan untuk menunjukkan hipotesis–hipotesis
tertentu dalam rangka membuktikan kebenaran-kebenaran melalui eksperimentasi
dan observasi, serta berfungsi menjelaskan pokok bahasannya yang membawa
pembaruan pendidikan. Aliran–aliran dalam pendidikan pada umumnya berasal dari
beberapa kawasan–kawasan di dunia sebelum akhirnya tersebar ke seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Penyebaran tersebut menyebabkan pemikiran-pemikiran itu
pada umumnya menjadi acuan dalam penetapan kebijakan di bidang pendidikan
diberbagi negara.
Aliran–aliran
pendidikan mengungkapkan pendapat–pendapat yang diutarakan beberapa ahli
mengenai apa dan bagaimana pendidikan itu. Ada yang berpendapat bahwa
pendidikan seorang anak bergantung pada alam, ada pula yang berpendapat bahwa
pendidikan bergantung pada lingkungan dan bawaan sejak lahir. Selain itu, ada
pula seorang ahli yang berpendapat bahwa pendidikan itu juga bergantung pada
kebudayaan yang dianut di daerahnya tersebut.
Dalam
hal ini, penyusun akan memaparkan beberapa pendapat dari beberapa aliran-aliran
pendidikan, serta pengaruhnya terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di
Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1)
Bagaimana
pendapat- pendapat aliran klasik terhadap pendidikan?
2)
Bagaimana
aliran–aliran modern yang berkembang di dunia ?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1)
Untuk
mengetahui pendapat aliran-aliran klasik terhadap pendidikan
2)
Untuk
mengetahui airan–aliran yang berkembang di dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Teori dan Aliran Pendidikan
Aliran
pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan. Pertama,
“Teori” dipergunakan oleh para pendidik untuk menunjukkan
hipotesis-hipotesis tertentu dalam rangka membuktikan kebenaran-kebenaran
melalui eksperimentasi dan observasi serta berfungsi menjelaskan pokok
bahasannya. O’Connor mendenifisikan istilah “teori” sebagai berikut :
Kata “teori” sebagaimana yang dipergunakan dalam konteks pendidikan secara
umum adalah sebuah tema yang apik. Teori yang dimaksudkan hanya dianggap absah
manakala kita tetapkan hasil-hasil eksperimental yang dibangun dengan baik
dalam bidang psikologi atau sosiologi hingga sampai kepada praktek
kependidikan.
Muhammad Nujayhi,
seorang ahli pendidikan Mesir Kontemporer merefleksikan pandangan senada dengan
O’connor ketika mengatakan, bahwa perkembangan-perkembangan di bidang psikologi
eksperimental membawa kesan-kesan ke dalam dunia pendidikan dan memberi
sumbangan bagi teori-teori pendidikan, sebagaimana yang terdapat pada bidang
ilmu pengetahuan khusus. Dengan demikian, “teori” dalam arti pertama
terbatas pada penjelasan mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
batas-batasan ilmiah.
Kedua, “teori”
menunjuk kepada bentuk asas-asas yang saling berhubungan yang mengacu kepada
petunjuk praktis. Dalam pengertian ini, bukan hanya mencangkup
pemindahan-pemindahan eksplanasi fenomena yang ada, namun termasuk di dalamnya
mengontrol atau membangun pengalaman.
2.2
Aliran-Aliran Klasik Pendidikan
Aliran-aliran klasik dalam
pendidikan pada umumnya berasal dari kawasan-kawasan di Eropa dan Amerika. Dan
akhirnya tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia dengan berbagai cara :
dibawa oleh penjajah, melaui buku bacaan, dibawa oleh orang yang pergi belajar
ke Eropa atau Amerika, dan sebagainya. Penyebaran tersebut menyebabkan
pemikiran-pemikiran dari kedua kawasan itu pada umumnya menjadi acuan dalam
penetapan kebijakan di bidang pendidikan diberbagi Negara.
Aliran-aliran
klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan
walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan
zaman.
2.2.1
Aliran Nativisme
Istilah Nativisme
berasal dari kata natives yang artinya terlahir. Nativisme adalah sebuah
doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap pemikiran psikologis. Tokoh
utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1869), seorang filosofis
Jerman. Aliran ini identik dengan pesimistis yang memandang segala sesuatu
dengan kaca mata hitam. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu
telah di tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa manusia sejak lahir, pembawaan
yang telah terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil
perkembangannya. Menurut aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah
sifat-sifat pembawaan. Dalam ilmu pendidikan pandangan seperti ini di sebut pesimistis
pedagogis.
Pendidikan yang tidak
sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk
perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme, lingkungan-lingkungan sekitar
tidak mempengaruhi perkembangan anak. Penganut aliran ini menyatakan bahwa jika
anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya jika anak
mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik. Pembawaan baik dan buruk ini tidak
dapat di ubah dari luar.
Jadi menurut pemaparan
di atas telah jelas bahwa pendidikan menurut aliran nativisme tidak bisa
mengubah perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh sama sekali.
Karena menurut mereka baik buruknya seoang anak di tentukan oleh pembawaan
sejak lahir, dan peran pendidikan di sini hanya sebatas mengembangkan bakat
saja. Misalnya: seorang pemuda sekolah menengah mempunyai bakat musik, walaupun
orang tuanya sering menasehati bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi
fikiran dan perasaanya tetap tertuju pada musik dan dia akan tetap berbakat
menjadi pemusik.
2.2.2
Aliran Empirisme
Tokoh aliran empirisme
adalah John Lock, filosof inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya
dikenal dengan Tabula Rasa yang berarti buku tulis kosong atau lembaran
kosong, yang menyebutkan bahwa anak yang lahir kedunia seperti kertas putih
yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh
lingkungan. Aliran empirisme berlawanan dengan kaum nativisme karena
berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama
sekali tidak ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman
yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah
yang baik maupun yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya.
Dalam
pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme
pedagogis. Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya
mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan
kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena
berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung.
Keberhasilan
ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa
kecedasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat
mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Misalnya:
Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis segala alat
dibelikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat
melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik,
pendidikan mengalami kesukaran dan hasinya tidak optimal.
Dari pemaparan dan
contoh di atas jelas menurut pandangan empirisme bahwa peran pendidik sangat
penting sebab akan mencetak anak didik sesuai keinginan pendidik. Tapi dalam
dunia pengetahuan pendapat seperti ini sudah tidak di akui lagi, umumnya orang
sekarang mengakui adanya perkembangan dari pengaruh pembawaan dan lingkungan.
Suatu pembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jika tidak di pengaruhi
oleh lingkungan.
Di samping itu orang
berpendapat bahwa dalam batas-batas yang tertentu kita dilahirkan dengan
membawa intelegensi. Di katakana dalam batas-batas tertentu karena sepanjang
pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi dapat kita kembangkan.
2.2.3
Aliran Naturalisme
Tokoh aliran ini adalah
J.J Rousseau. Ia adalah filosof prancis yang hidup tahun 1712-1778. Naturalisme
berasal dari kata “nature” artinya alam atau apa yang dibawa sejak
lahir. Hampir senada dengan aliran nativisme, maka aliran ini berpendapat bahwa
hakikatnya semua anak sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana hasil
perkembangannya sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang
mempengaruhinya. Jika pengaruh atau pendidikan itu baik, maka akan menjadi
baiklah ia, akan tetapi jika pengaruh itu jelek, maka akan jelek pula hasilnya.
Seperti
dikatakan oleh tokoh aliran ini, “Semua anak adalah baik pada waktu datang
dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua jadi rusak ditangan manusia”. Oleh
karena itu sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam”.
Aliran
naturalisme memiliki tiga prinsip dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Anak didik
belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan didalam dirinya secara
alami.
b. Pendidik
hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan
sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu
mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap
terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.
Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c. Program
pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak
didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan
belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran
Naturalisme menitik beratkan pada strategi pembelajaran yang bersifat
paedosentris. Artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat
kegiatan proses belajar-mengajar.
2.2.4
Aliran Konvergensi
Tokoh aliran konvergensi
adalah William Stern. Ia seorang tokoh pendidikan jerman yang hidup tahun
1871-1939. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran
nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir didunia ini telah
memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan
dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama
berperan penting.
Anak yang mempunyai
pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi
semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu
sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan
anak secara optimal jika tida didukung oleh bakat baik yang dibawa anak. Karena
itu teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat ke satu
titik). Jadi menurut teori konvergensi:
a. Pendidikan
mungkin untuk dilaksanakan.
b. Pendidikan
diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang
baik.
c. Yang
membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Aliran konvergensi pada
umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami
tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang
factor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu. Dari sisi
lain, variasi pendapat itu juga melahirkan berbagai pendapat atau gagasan
tentang belajar mengajar, seperti peran guru sebagai fasilitator ataukah
informator, teknik penilaian pencapaian siswa dengan tes objektif atau tes
esai, perumusan tujuan pengajaran yang sangat behavioral, penekanan pada peran
teknologi pengajaran (The Teaching Machine, belajar berprogram, dan lain-lain)
dan sebagainya. Dengan demikian, aliran konvergensi menganggap bawa pendidikan
sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dengan lingkungan.
2.3
Aliran-Aliran Modern Pendidikan
Aliran-aliran
pendidikan Aliran modern merupakan aliran pendidikan yang berkembang di era
modern dengan berbagai penyempurnaan dan penyesuaian pendidikan di era modern.
Seringkali aliran ini disebut sebagai bentuk pengembangan dari aliran klasik. Ada beberapa aliran modern yang berkembang diantaranya, aliran progresivisme, aliran esensialisme, aliran rekonstruksionisme,
aliran perenialisme, dan aliran idealisme.
2.3.1
Aliran Progresivisme
Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau
bahan pelajaran (subject-centered).
Tujuan
pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja,
bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan
sepenuhnya dalam bakat dan minat setiap
anak.
Kurikulum
pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman
atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik (experience
curriculum).
Progresivisme
merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar
pada kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar
"dunia nyata" dan juga pengalaman teman sebaya. Tokoh-tokoh
Progresivisme:
a) William
James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910)
James
berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia
menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari
mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas
dasar ilmu perilaku.
b)
John Dewey (1859 - 1952)
Teori
Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan
pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah
"Child CenteredCuriculum", dan "Child CenteredSchool".
Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum
jelas.
c)
Hans Vaihinger (1852 - 1933)
Menurutnya
tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak
mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam
bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala
pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk
menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran
ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
Metode pendidikan Progresivisme
antara lain:
1. Pendidikan
berpusat pada anak.
2. Metode
belajar aktif.
3. Metode
memonitor kegiatan belajar.
4. Metode
penelitian ilmiah
Pendidikan Progresivisme
menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak adalah pusat dari
keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan Progresivisme sangat
memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang
dewasa dalam bentuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang
dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak mempunyai
alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan
dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak
harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.
2.3.2
Aliran Esensialisme
Esensialisme modern dalam pendidikan
adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap
nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme
nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai
kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras
dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan
dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam
mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
Tujuan pendidikan dari aliran ini
adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan
yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian
adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh
ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk
unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan
untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau
kecerdasan.
Metode
pendidikan yang digunakan adalah :
1.
Pendidikan berpusat pada guru (teacher
centered).
2.
Peserta didik dipaksa untuk belajar.
3. Latihan
mental
Kurikulum
berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang
pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar
dalam membaca, menulis, dan matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah
menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu
kealaman, serta bahasa dan sastra.
2.3.3
Aliran Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang
berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya
pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di
masyarakat.
Tujuan
pendidikan dalam aliran ini adalah sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi
sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik
dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan
kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang
dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut.
Kurikulum dalam
pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi
pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yang
termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan
program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.
2.3.4
Aliran Perennialisme
Perennialisme merupakan gerakan
pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan
pendidikan hendaknya menjadi suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran
serta nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu
pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu
pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir,
maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran
dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu
mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan
berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
Tujuan pendidikan dalam aliran ini
adalah diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang
menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah
pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman
telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik,
ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak
memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
Kurikulum berpusat pada mata
pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan
sejarah.
Tokoh-tokoh Perenialisme:
a. Plato,
tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normative
dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan.
b. Aristoteles,
Ia menganggap penting pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda
dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral.
c. Thomas Aquinas,
Ia berpendapat pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur
menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu. Seorang
guru bertugad untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari
anak agar menjadi aktif dan nyata.
2.3.5
Aliran Idealisme
Aliran idealisme adalah suatu aliran
ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurut aliran idealisme, cita adalah
gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara
gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera.
Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea.
Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide
adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja
yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat
menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala
sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid yang menikmati pendidikan
di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh
pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara
khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru
tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi
satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru harus masuk ke dalam
pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga jika perlu ia berkumpul hidup
bersama dengan anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas
anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Pola pendidikan yang diajarkan
fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat
dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat
pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas
tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara
keduanya.
Dan secara global, aliran idelisme
memiliki tujuan terhadap pendidikan yaitu agar anak didik bisa menjadi kaya dan
memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh
warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan
sesama manusia karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan
seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya,
namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan
kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang
objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook.
Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan bahwa, aliran–aliran pendidikan mengungkapkan
pendapat–pendapat yang diutarakan beberapa ahli mengenai apa dan bagaimana
pendidikan itu. Aliran-aliran pendidikan terbagi menjadi 2, yaitu aliran klasik
dan aliran modern. Aliran klasik pendidikan diantaranya : aliran nativisme,
aliran empirisme, aliran naturalisme, dan aliran konvergensi. Sedangkan
aliran modern pendidikan daintaranya : aliran progresivisme, aliran
esensialisme, aliran rekonstruksionisme, aliran perenialisme, dan aliran
idealisme. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan
walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan
zaman.
3.2 Saran
Dengan
terselesaikannya makalah ini, maka penyusun ingin memberikan beberapa saran,
diantaranya sebagai berikut :
1.
Aliran-aliran pendidikan yang
diutarakan beberapa ahli tersebut sebaiknya dikembangkan lagi agar dapat
disesuaikan dengan kurikulum yang dianut saat ini.
2.
Sebaiknya calon pendidik memahami
beberapa aliran pendidikan untuk kemudian dapat dijadikan dasar dan landasan
pengetahuan untuk dapat dipratikkan.
3.
Sebaiknya perpustakaan menyediakan
materi atau buku mengenai pengantar dan profesi kependidikan karena mata kuliah
ini merupakan mata kuliah wajib yang menjadi bekal untuk mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati.2001.Ilmu
Pendidikan.jakarta:PT Rineka Cipta
Effendi, Mukhlisun.2008.Ilmu
Pendidikan.Yogyakarta:Nadi Offset
Purwanto, Ngalim.1997.Ilmu Pendidikan Teoritis dan
Praktis.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
http://fkip-ekonomiakuntansi.blogspot.com/2012/08/resume-buku-pengantar
pendidikan-prof.html#.UKtaVmfsP6g